Latest Entries »

Gunung Kawi (Di Kabupaten Malang)

Image

Gunung Kawi merupakan salah satu tempat wisata ritual yang berada di Desa Wonosari. Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Secara geografis pesarean Gunung Kawi berada kira-kira 30 Km disebelah barat kota Malang, menuju ke selatan kota Kepanjen, selanjutnya kearah barat menuju ke wisata Gunung Kawi. Di bawah lereng terlihat dua patung raksasa sebagai penjaga pintu gerbang. Dan kemudian masuk melalui gapura 1 kemudian gapura 2 dan gapura 3 hingga berada di pelataran pesarean Gunung Kawi.

Image

Dalam sejumlah kitab Budhisme Tiongkok klasik, disebutkan ada 33 (tiga puluh tiga) rupa perwujudan Kwan Im Pho Sat, antara lain :

1. Kwan Im Berdiri Menyeberangi Samudera;

2. Kwan Im Menyebrangi Samudera sambil Berdiri diatas Naga;

3. Kwan Im Duduk Bersila Bertangan Seribu;

4. Kwan Im Berbaju dan Berjubah Putih Bersih sambil Berdiri;

5. Kwan Im Berdiri Membawa Anak;

6. Kwan Im Berdiri diatas Batu Karang/Gelombang Samudera;

7. Kwan Im Duduk Bersila Membawa Botol Suci & Dahan Yang Liu;

8. Kwan Im Duduk Bersila dengan Seekor Burung Kakak Tua.

Selain perwujudan Beliau yang beraneka bentuk dan posisi, nama atau julukan Kwan Im (Avalokitesvara) juga bermacam-macam, ada Sahasrabhuja Avalokitesvara (Qian Shou Guan Yin), Cundi Avalokitesvara, dan lain-lain. Walaupun memiliki berbagai macam rupa, pada umumnya Kwan Im ditampilkan sebagai sosok seorang wanita cantik yang keibuan, dengan wajah penuh keanggunan .Selain itu, Kwan Im Pho Sat sering juga ditampilkan berdampingan dengan Bun Cu Pho Sat dan Po Hian Pho Sat, atau ditampilkan bertiga dengan : Tay Su Ci Pho Sat (Da Shi Zhi Phu Sa) – O Mi To Hud – Kwan Im Pho Sat. Patung Kwan Im di Gunung Kawi terbuat dari bahan kuningan dengan tinggi patung 8 meter. Patung ini di letakkan dalam gedung di selatan pesarean gunung kawi. Pembangunan Gedung dan patung Kwan Im ini sejak tahun 2008, selesai bulan oktober tahun 2009.

Selain perwujudan Beliau yang beraneka bentuk dan posisi, nama atau julukan Kwan Im (Avalokitesvara) juga bermacam-macam, ada Sahasrabhuja Avalokitesvara (Qian Shou Guan Yin), Cundi Avalokitesvara, dan lain-lain. Walaupun memiliki berbagai macam rupa, pada umumnya Kwan Im ditampilkan sebagai sosok seorang wanita cantik yang keibuan, dengan wajah penuh keanggunan .Selain itu, Kwan Im Pho Sat sering juga ditampilkan berdampingan dengan Bun Cu Pho Sat dan Po Hian Pho Sat, atau ditampilkan bertiga dengan : Tay Su Ci Pho Sat (Da Shi Zhi Phu Sa) – O Mi To Hud – Kwan Im Pho Sat.

Makam Sunan Bonang (Di Kabupaten Tuban)

Tuban merupakan sebuah kota kecil yang disebut sebagai “kota wali” karena banyak nya makam wali yang ada di Kabupaten Tuban ini. Salah satu tempat yang sering didatangi oleh wisatawan adalah makam Sunan Bonang. Makam Sunan Bonang merupakan situs wisata ziarah terakhir yang termasuk kedalam rangkaian wisata ziarah wali lima di Jawa Timur. Makam ini terletak tak jauh dengan alun-alun Tuban dan Masjid Agung Tuban, lebih tepatnya berada di di Kelurahan Kutorejo Tuban (belakang Masjid Agung Tuban). Sunan Bonang atau Makdum Raden Ibrahim adalah putra sulung Sunan Ampel Surabaya. Diceritakan bahwa Sunan Bonang tidak menikah dan tidak mempunyai keturunan, sehingga dapat dipastikan ia mengabdikan hidupnya untuk menyebarkan Agama Islam. Dia juga dipercayai sebagai Imam pertama (pemimpin agama) dari masjid besar di Demak, di mana ia membantu dalam proses pembangunan masjid tersebut. Dia sangat dihormati oleh para pengikutnya. Dia juga terkenal dengan karya tulis nya yang luar biasa. Karya nya merupakan sebuah karya tulis yang berisi pemikiran keagamaan dan budaya bercorak sufistik.  Dakwah melalui seni dan aktivitas budaya merupakan senjatanya yang ampuh untuk menarik penduduk Jawa memeluk agama Islam. Sunan Bonang bersama Sunan yang Lainnya merupakan pengubah arah estetika gamelan. Sehingga ketika ditabuh nuansa hindu nya bersatu dengan estetika sufi. Inilah formula jitu yang menyebabkan masyarakat di tanah jawa berbondong-bondong masuk agama Islam. Sunan Bonang Juga menambahkan instrument baru pada gamelan, yaitu bonang. Bonang merupakan alat musik dari Campa, yang dibawa dari Campa sebagai hadiah perkawinan Prabu Brawijaya dengan Putri Campa, yang juga saudara sepupu Sunan Bonang. Alat musik lainnya yang ditambahkan di dalam gamelan adalah rebab yang merupakan alat musik arab yang sangat dominan di dalam Gamelan Jawa, sehingga memberikan ciri khas tersendiri sehingga menonjol perbedaannya dengan alat musik Gamelan Bali.

Image

Oleh karena itulah, makam Sunan Bonang banyak dikunjungi oleh banyak wisatawan. Mereka rata-rata berasal dari luar kota. Mereka biasanya datang dengan rombongan Bis yang diparkir di Area Parkiran Bus Pariwisata yang jaraknya + 500 m dari Kompleks Makam Sunan Bonang. Pengunjung biasanya menuju ke Makam Sunan Bonang dengan berjalan kaki atau menaiki becak yang sudah mengantre di tempat Parkiran Bis Pariwisata Tuban. Sesampainya di area tersebut, anda akan memasuki gapura depan Kompleks Makam Sunan Bonang dan menemukan sebuah masjid classic yang berdiri kokoh di area makam yaitu Masjid Astana. Masjid ini dulunya merupakan pusat beliau menyebarkan dakwahnya. Biasanya Masjid ini digunakan sebagai tempat beribadah para peziarah pada saat mereka berada di Kompleks Makam Sunan Bonang.

Setelah beristirahat sejenak, atau sekedar melakukan Sholat. Anda dapat memasuki Makam Sunan Bonang. Sebuah makam yang unik  karena terbuat dari kepingan porselen kuno yang dihiasi dengan huruf Arab, sementara bagian yang lain dibuat dalam gaya Cina. Sangat indah. Sebuah arsitektur kuno yang masih berdiri kokoh di Kompleks Makam Sunan Bonang. ketika penulis berkunjung untuk membuat artikel ini. penulis melihat adanya penambahan cungkup yang dapat membuat pengunjung lebih nyaman dalam melakukan aktifitas drikir. Selain itu, ini merupakan upaya perluasan yang diupayakan untuk menampung para peziarah.

Image

Makam Sunan Giri (Di Kota Gresik)

Sunan Giri di masa mudanya bernama Joko Samudro atau Raden Paku, kemudian diberi julukan oleh Sunan Ampel atau Raden Rachmat dengan nama Ainul Yaqin, merupakan putra dari Syekh Maulana Ishaq dengan putri Raja Blambangan yang bernama Dewi Sekardadu. Sunan Giri yang dikenal sebagai salah satu tokoh Walisongo mempunyai nama kecil Raden Paku atau Joko Samudro yang lahir pada Tahun 1442 M. Beliau memerintah Kerajaan Giri Kedaton dengan Gelar Prabu Satmoto pada tahun 1487-1506 Masehi.

Menurut cerita tutur, Sunan Giri sebagai ulama besar mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap wali lainnya, terbukti dari peran beliau menjadi hakim dalam perkara Syech Siti Jenar. Sunan Giri wafat pada tahun 1506 M, dan dimakamkan diatas bukit dalam cungkup berarsitektur yang sangat unik. Makam Sunan Giri terletak di Dusun Giri Gajah Desa Giri Kecamatan Kebomas berjarak 4 Km dari pusat Kota Gresik.

Komplek makam yang ada di puncak Bukit Giri ini berada di tengah-tengah makam keluarga dan masyarakat Giri. Lokasi tersebut dapat dijangkau denggan mudah oleh transportasi umum, dan dikawasan tersebut tersedia lahan parkir yang memadai, kios-kios aneka souvenir serta terdapat fasilitas penunjang berupa masjid Giri.

Image

Image

Secara keseluruhan lingkungan makam ini Nampak anggun dan berwibawa. Gapuro (pintu gerbang) berbentuk sepasang naga dengan Candra sangkala yang berbunyi “NOGO LORO WANANING TUNGGAL”

Setiap hari tidak pernah sepi peziarah, namun saat-saat yang paling banyak pengunjung adalah Setiap bulan Ramadhan dari awal sampai akhir, dan pada puncaknya adalah pada malam selawe (25 Ramadhan) sedangkan Haul beliau jatuh pada hari Jum’at terakhir bulan Maulud.

Benda-benda peninggalan – peninggalan Sunan Giri antara lain :

  • Pusaka yang sangat bertuah berupa keris bernama kolomunyeng.
  • Telaga Pegat yang airnya tidak pernah habis walaupun kemarau panjang.
  • Pohon mengkudu yang buahnya diyakini sebagian orang, memberikan isyarat bagi pasangan yang mendambakan keturunan.
  • Sajadah (alas sholat)

Image

Tari Reog Ponorogo (Dari Kabupaten Ponorogo)

Reog merupakan kesenian terkenal asli warisan leluhur Indonesia yang berasal dari Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Kesenian Reog Ponorogo sampai sekarang masih aktif dan dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia bahkan wisatawan mancanegara. Reog Ponorogo yang kita kenal identik dengan kekuatan dunia hitam, preman ataupun kekerasan lainnya serta tak lepas pula dari dunia mistis ketimuran dan kekuatan supranatural. Salah satu pertunjukkan yang ada pada reog yakni mempertontonkan keperkasaan pembarong dalam mengangkat dadak merak seberat 50 kg yang digigit sepanjang pertunjukan berlangsung.

Image

Tak hanya itu seni reog ponorogo diiringi oleh beberapa gamelan seperti kempul, ketuk, kenong, genggam, ketipung, angklung dan lain sebagainya. Didalam reog ponorogo juga ada warok tua, sejumlah warok muda, pembarong dan penari Bujang Ganong dan Prabu Kelono Suwandono. Jumlah anggota grup reog ponorogo sekitar 20-30an, sedangkan peran utama ada di warok dan pembarongnya. Menurut legenda Reog atau Barongan bermula dari kisah Demang Ki Ageng Kutu Suryonggalan yang ingin menyindir Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V. Sang Prabu pada waktu itu sering tidak memenuhi kewajibannya karena terlalu dipengaruhi dan dikendalikan oleh sang permaisuri. Oleh karena itu dibuatlah barongan yang terbuat dari kulit macan gembong (harimau Jawa) yang ditunggangi burung merak. Sang prabu dilambangkan sebagai harimau sedangkan merak yang menungganginya melambangkan sang permaisuri. Selain itu agar sindirannya tersebut aman, Ki Ageng melindunginya dengan pasukan terlatih yang diperkuat dengan jajaran para warok yang sakti mandraguna. Di masa kekuasaan Adipati Batorokatong yang memerintah Ponorogo sekitar 500 tahun lalu, reog mulai berkembang menjadi kesenian rakyat. Pendamping Adipati yang bernama Ki Ageng Mirah menggunakan reog untuk mengembangkan kekuasaannya.

Image

Reog dimanfaatkan sebagai sarana mengumpulkan massa dan merupakan saluran komunikasi yang efektif bagi penguasa pada waktu itu. Ki Ageng Mirah kemudian membuat cerita legendaris mengenai Kerajaan Bantaranangin yang oleh sebagian besar masyarakat Ponorogo dipercaya sebagai sejarah. Adipati Batorokatong yang beragama Islam juga memanfaatkan barongan ini untuk menyebarkan agama Islam. Nama Singa Barongan kemudian diubah menjadi Reog, yang berasal dari kata Riyoqun, yang berarti khusnul khatimah yang bermakna walaupun sepanjang hidupnya bergelimang dosa, namun bila akhirnya sadar dan bertaqwa kepada Allah, maka surga jaminannya. Selanjutnya kesenian reog terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Kisah reog terus menyadur cerita ciptaan Ki Ageng Mirah yang diteruskan mulut ke mulut, dari generasi ke generasi.

Versi lain dalam Reog Ponorogo mengambil kisah Panji. Ceritanya berkisar tentang perjalanan Prabu Kelana Sewandana mencari gadis pujaannya, ditemani prajurit berkuda dan patihnya yang setia, Pujangganong. Ketika pilihan sang prabu jatuh pada putri Kediri, Dewi Sanggalangit, sang dewi memberi syarat bahwa ia akan menerima cintanya apabila sang prabu bersedia menciptakan sebuah kesenian baru. Dari situ terciptalah Reog Ponorogo. Huruf-huruf reog mewakili sebuah huruf depan kata-kata dalam tembang macapat Pocung yang berbunyi: Rasa kidung/ Ingwang sukma adiluhung/ Yang Widhi/ Olah kridaning Gusti/ Gelar gulung kersaning Kang Maha Kuasa. Unsur mistis merupakan kekuatan spiritual yang memberikan nafas pada kesenian Reog Ponorogo.

Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang, yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu.

Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar,

Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.

Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.

Tari Gandrung (Dari Kabupaten Banyuwangi)

Gandrung Banyuwangi adalah salah satu jenis tarian yang berasal dari Banyuwangi. Kata “Gandrung” diartikan sebagai terpesonanya masyarakat Blambangan yang agraris kepada Dewi Sri sebagai Dewi Padi yang membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Tarian Gandrung Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen. Gandrung merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya Jawa dan Bali. Tarian dilakukan dalam bentuk berpasangan antara perempuan (penari gandrung) dan laki-laki (pemaju) yang dikenal dengan “paju”. Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya.

Image

Kesenian gandrung Banyuwangi muncul bersamaan dengan dibabadnya hutan “Tirtagondo” (Tirta Arum) untuk membangun ibu kota Balambangan pengganti Pangpang (Ulu Pangpang) atas prakarsa Mas Alit yang dilantik sebagai bupati pada tanggal 2 Februari 1774 di Ulupangpang. Demikian antara lain yang diceritakan oleh para sesepuh Banyuwangi tempo dulu. Mengenai asal kesenian gandrung, Joh Scholte dalam makalahnya antara lain menulis sebagai berikut, asalnya lelaki jejaka itu keliling ke desa-desa bersama pemain musik yang memainkan kendang dan terbang dan sebagai penghargaan mereka diberi hadiah berupa beras yang mereka membawanya didalam sebuah kantong. (Gandroeng Van Banyuwangi 1926, Bab “Gandrung Lelaki”). Apa yang ditulis oleh Joh Scholte tersebut, tak jauh berbeda dengan cerita tutur yang disampaikan secara turun-temurun, bahwa gandrung semula dilakukan oleh kaum lelaki yang membawa peralatan musik perkusi berupa kendang dan beberapa rebana (terbang). Mereka setiap hari berkeliling mendatangi tempat-tempat yang dihuni oleh sisa-sisa rakyat Balambangan sebelah timur (dewasa ini meliputi Kab. Banyuwangi) yang jumlahnya konon tinggal sekitar lima ribu jiwa, akibat peperangan yaitu penyerbuan Kompeni yang dibantu oleh Mataram dan Madura pada tahun 1767 untuk merebut Balambangan dari kekuasaan Mangwi, hingga berakhirnya perang Bayu yang sadis, keji dan brutal dimenangkan oleh Kompeni pada tanggal 11 Oktober 1772.

Image

Setelah usai pertunjukan gandrung menerima semacam imbalan dari penduduk yang mampu berupa beras atau hasil bumi lainnya dan sebagainya. Dan sebenarnya yang tampaknya sebagai imbalan tersebut, merupakan sumbangan yang nantinya dibagi-bagikan kepada mereka yang keadaannya sangat memprihatinkan dipengungsian dan sangat memerlukan bantuan. Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan, dan menurut laporan Scholte (1927), instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang. Pada saat itu, biola telah digunakan. Namun demikian, gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890an, yang diduga karena ajaran Islam melarang segala bentuk transvestisme atau berdandan seperti perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan. Menurut sejumlah sumber, kelahiran Gandrung ditujukan untuk menghibur para pembabat hutan, mengiringi upacara minta selamat, berkaitan dengan pembabatan hutan yang angker. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat. Pada mulanya gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian di samping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad ke-20. Tata busana penari Gandrung Banyuwangi khas, dan berbeda dengan tarian bagian Jawa lain. Ada pengaruh Bali (Kerajaaan Blambangan) yang tampak. Busana untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam, dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada, sedang bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bagian atas. Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu. Kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut omprok yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan diberi ornamen berwarna emas dan merah serta diberi ornamen tokoh Antasena, putra Bima, yang berkepala manusia raksasa namun berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari gandrung. Selanjutnya pada mahkota tersebut diberi ornamen berwarna perak yang berfungsi membuat wajah sang penari seolah bulat telur, serta ada tambahan ornamen bunga yang disebut cundhuk mentul di atasnya. Penari gandrung menggunakan kain batik dengan corak bermacam-macam. Namun corak batik yang paling banyak dipakai serta menjadi ciri khusus adalah batik dengan corak gajah oling, corak tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah pada dasar kain putih yang menjadi ciri khas Banyuwangi. Sebelum tahun 1930-an, penari gandrung tidak memakai kaus kaki, namun semenjak dekade tersebut penari gandrung selalu memakai kaus kaki putih dalam setiap pertunjukannya. Pada masa lampau, penari gandrung biasanya membawa dua buah kipas untuk pertunjukannya. Namun kini penari gandrung hanya membawa satu buah kipas dan hanya untuk bagian-bagian tertentu dalam pertunjukannya, khususnya dalam bagian seblang subuh.

Tari Remo (Dari Kabupaten Jombang)

Tari Remo berasal dari Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Tarian ini berasal dari kecamatan Diwek di desa Ceweng. Tarian ini diciptakan oleh warga yang perprofesi sebagai pengamen tari. Di kala itu memang banyak profesi tersebut di Jombang. Menurut sejarahnya, tari remo merupakan tari yang khusus dibawakan oleh penari laki – laki. Ini berkaitan dengan lakon yang dibawakan dalam tarian ini. Pertunjukan tari remo umumnya menampilkan kisah pangeran yang berjuang dalam sebuah medan pertempuran. Sehingga sisi kemaskulinan penari sangat dibutuhkan dalam menampilkan tarian ini. Berdasarkan perkembangan sejarah tari remo, dulunya tari remo merupakan seni tari yang digunakan sebagai pembuka dalam pertunjukan ludruk. Namun seiring berjalannya waktu, fungsi dari tari remo pun mulai beralih dari pembuka pertunjukan ludruk, menjadi tarian penyambutan tamu, khususnya tamu – tamu kenegaraan. Selain itu tari remo juga sering ditampilkan dalam festival kesenian daerah sebagai upaya untuk melestarikan budaya Jawa Timur. Oleh karena itulah kini tari remo tidak hanya dibawakan oleh penari pria, namun juga oleh penari wanita. Sehingga kini muncul jenis tari remo putri. Dalam pertunjukan tari remo putri, umumnya para penari akan memakai kostum tari yang berbeda dengan kostum tari remo asli yang dibawakan oleh penari pria.

Image

Karakteristik yang paling utama dari Tari Remo adalah gerakan kaki yang rancak dan dinamis. Gerakan ini didukung dengan adanya lonceng-lonceng yang dipasang di pergelangan kaki. Lonceng ini berbunyi saat penari melangkah atau menghentak di panggung. Selain itu, karakteristik yang lain yakni gerakan selendang atau sampur, gerakan anggukan dan gelengan kepala, ekspresi wajah, dan kuda-kuda penari membuat tarian ini semakin atraktif. Busana dari penari Remo ada berbagai macam gaya, di antaranya gaya Sawunggaling, Surabayan, Malangan, dan Jombangan. Selain itu terdapat pula busana yang khas dipakai bagi Tari Remo gaya perempuan. Busana gaya Surabayan terdiri atas ikat kepala merah, baju tanpa kancing yang berwarna hitam dengan gaya kerajaan pada abad ke-18, celana sebatas pertengahan betis yang dikait dengan jarum emas, sarung batik Pesisiran yang menjuntai hingga ke lutut, setagen yang diikat di pinggang, serta keris menyelip di belakang. Penari memakai dua selendang, yang mana satu dipakai di pinggang dan yang lain disematkan di bahu, dengan masing-masing tangan penari memegang masing-masing ujung selendang. Selain itu, terdapat pula gelang kaki berupa kumpulan lonceng yang dilingkarkan di pergelangan kaki.

Busana gaya Sawunggaling pada dasarnya sama dengan gaya Surabayan, namun yang membedakan yakni penggunaan kaus putih berlengan panjang sebagai ganti dari baju hitam kerajaan. Busana gaya Malangan pada dasarnya juga sama dengan busana gaya Surabayan, namun yang membedakan yakni pada celananya yang panjang hingga menyentuh mata kaki serta tidak disemat dengan jarum. Sedangkan busana gaya Jombangan pada dasarnya sama dengan gaya Sawunggaling, namun perbedaannya adalah penari tidak menggunakan kaus tetapi menggunakan rompi. Remo Putri mempunyai busana yang berbeda dengan gaya remo yang asli. Penari memakai sanggul, memakai mekak hitam untuk menutup bagian dada, memakai rapak untuk menutup bagian pinggang sampai ke lutut, serta hanya menggunakan satu selendang saja yang disemat di bahu bahu.

Image

Musik yang mengiringi Tari Remo ini adalah gamelan, yang biasanya terdiri atas bonang barung/babok, bonang penerus, saron, gambang, gender, slentem siter, seruling, kethuk, kenong, kempul, dan gong. Adapun jenis irama yang sering dibawakan untuk mengiringi Tari Remo adalah Jula-Juli dan Tropongan, namun dapat pula berupa gending Walangkekek, Gedok Rancak, Krucilan atau gending-gending kreasi baru. Dalam pertunjukan ludruk, penari biasanya menyelakan sebuah lagu di tengah-tengah tariannya.

Pantai Serang (Di Blitar)

Image

ImageImage

Pantai Serang terletak di pesisir Samudra Hindia, tepatnya berada di Desa Serang, Kecamatan Panggungrejo, kurang lebih 45 Km arah barat daya Kota Blitar. Sama seperti kebanyakan pantai di Blitar, pantai Serangpun menjadi pantai yang dipakai untuk ritual tradisional Larung Saji saat tanggal 1 Suro. Pantai Serang merupakan satu komplek pantai yang terdiri dari 3 kawasan. Pantai ini memiliki hamparan pasir putih yang landai dengan ombak yang tidak begitu deras. Dahulu di sekitar pantai ini dipenuhi oleh batu-batuan putih yang indah, warga sekitar menyebutnya dengan batu Lintang karena model batunya yang putih berkilauan.

Pantai pertama adalah pantai yang biasa digunakan untuk Larung Saji, sementara pantai kedua tidak begitu luas dibandingkan yang pertama, namun pantai ke tiga adalah yang paling luas diantara pantai-pantai sebelumnya dengan hamparan pasir putih yang yang indah dengan jarak lebih dari 5 km yang landai dengan ombak yang tidak begitu deras.

Papuma – Watu Ulo (Di Kabupaten Jember)

Image

ImagePapuma dan Watu Ulo adalah dua pantai yang menjadi ikon Kota Jember. Namun Pantai Watu Ulo terlebih dahulu dibuka untuk umum. Papuma berada di pesisir selatan Jawa Timur, atau lebih tepatnya terletak di Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan. Di sepanjang pantai Papuma terdapat pasir putih yang bersih dan indah, dan memungkinkan para wisatawan asing yang datang untuk berjemur di pantai tersebut. Disamping keindahan alamnya, pantai ini juga kaya akan fauna seperti Biawak, Ayam Alas, burung-burung dengan ragam jenisnya, Babi Hutan, Rusa, Landak dan Trenggiling.

Sementara itu Pantai Watu Ulo terletak di Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu. Disebut Watu Ulo karena mengacu pada rangkaian batu karang yang memanjang dari pesisir pantai ke laut. Di sekitar pantai, pengunjung yang datang juga bisa melihat beberapa spot wisata yang lain, seperti, Gua Jepang, Gua Kelelawar dan beberapa fasilitas pendukung seperti taman bermain dan area berkemah.

Pantai Klayar (Di Kabupaten Pacitan)

Image

Image

Image

Image

Image

Pantai Klayar terletak kurang lebih 45 km sebelah barat Pacitan. Keindahan hamparan pasir putih membentang dengan ombak sejernih kristal memecah di bibir pantai, diapit bukit karang di kanan dan kirinya adalah panorama terindah yang Klayar tawarkan kepada wisatawan di sana.

Pantai Plengkung (Di Kabupaten Banyuwangi)

Image

Image

Disebut juga G-Land, adalah pantai yang terletak dalam kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Merupakan surga para peselancar baik domestik maupun internasional. Merupakan pantai dengan ombak terbesar kedua setelah Hawai. Suasana pantai yang selalu cerah dengan air yang menyejukan membuat wisatawan betah berlama-lama di Plengkung.

Kawah Ijen (Di Kabupaten Banyuwangi)

ImageImage

Image

Gunung Ijen atau lebih di kenal dengan Kawah Ijen, adalah salah satu gunung yang masih aktif sampai sekarang. Memiliki ketinggian 2.443 m dari atas permukaan laut, berdinding kaldera setinggi 300-500 m dan telah 4 kali meletus di tahun 1796, 1817, 1913 dan 1936.

Image

Di kawasan gunung berapi ini terdapat pertambangan belerang, dimana mengindikasikan gunung ini masih aktif dan beraktifitas. Saat berada di kawasan kawah Ijen, pengunjung bisa menyaksikan para penambang yang sibuk membawa tumpukan belerang di punggung mereka, menyusuri jalan yang curam dan dipenuhi oleh gas beracun yang berbahaya.

Kawah Ijen merupakan pusat danau kawah terbesar di dunia, yang bisa memproduksi 36 juta meter kubik belerang dan hidrogen klorida dengan luas sekitar 5.466 hektar. Kawah yang berbahaya ini memiliki keindahan yang sangat luar biasa dengan danau belerang berwarna hijau toska dengan sentuhan dramatis dan elok. Danau Ijen memiliki derajat keasaman nol dan memiliki kedalaman 200 meter. Keasamannya yang sangat kuat dapat melarutkan pakaian dan jari manusia.

Kawah Ijen juga memilki sunrise yang memukau. Tak hanya itu, Kawah Ijen juga punya fenomena api biru yang hanya ada 2 di dunia, satu lagi di Islandia. Untuk melihat api biru ini, wisatawan harus datang pada waktu pagi tepatnya saat subuh. Dalam perjalanan ke Kawah Ijen, wisatawan yang memerlukan bantuan untuk membawa perbekalan sekaligus penunjuk jalan bisa menyewanya, ongkosnya berkisar Rp 50 ribu-150 ribu.

Gua Gong (Di Kabupaten Pacitan)

Image

Image

Gua Gong terletak di Dusun Pule, Desa Bomo, Kecamatan Punung. Disebut sebagai Gua terindah di Asia Tenggara. Merupakan Gua horizontal yang panjangnya sekitar 256 meter. Di dalam Gua terdapat tujuh ruangan dan empat sendang atau sungai mata air. Disebut Gong karena keunikan stalaktit dan stalakmit yang dapat berbunyi seperti gong ketika dipukul. Gua ini memiliki satu rute perjalanan (pulang pergi menyelusuri Gua melalui satu jalan yang sama), sehingga tidak perlu khawatir akan tersesat. Di Gua ini ada juga ruangan yang paling luas yang sudah pernah dijadikan sebagai tempat konser empat negara (Swiss, Indonesia, Australia, Prancis) dan memiliki air sejuk pemandian yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit.

Gua Lowo  (Di Kabupaten Trenggalek)

Image

Image

Image

Goa lawa gerbang

Gua Lowo terletak di desa Siwarak kecamatan Karangreja. Sebagai tempat rekreasi Gua Lawa ini sangat cocok untuk tempat berwisata karena udaranya sejuk dan bersih serta panorama yang sangat indah karena terletak dilereng Gunung Slamet dengan ketinggian ± 900 m permukaan air laut. Pada Obyek Wisata Gua Lawa ini dilengkapi pula dengan beberapa sarana : Taman Lokarta, Taman Kenanga, Panggung Gembira dan Musholla, dan area parkir yang luas. Gua Lowo ini melalui pendinginan lava, sehingga batuannya keras dan kuat tanpa menimbulkan stalagtit dan stalagmit. Untuk masuk ke Gua, kita harus menuruni lubang tanah dan menelusuri lorong-lorongnya.

Gua Maharani (Di Kabupaten Lamongan)

Image

Image

Gua Maharani adalah sebuah gua yang terletak di kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Gua ini berada di kedalaman 25 m dari permukaan tanah dengan rongga gua seluas 2500 meter persegi. Gua Maharani merupakan goa dengan keindahan alam yang unik daripada gua wisata lain. Hal ini dilihat dari stalagtit dan talagmit di gua ini masih bertumbuh dan memancarkan cahaya warna-warni saat terkena cahaya. Karenanya, layaknya Gua Maharani ini disejajarkan dengan gua Altamira di Spanyol. Gua Mamonth di Amerika Serikat dan Gua Carlsbad di Perancis.

Telaga Sarangan (Di Kabupaten Magetan)

ImageImage

Image

Telaga Sarangan sering disebut sebagai Telaga Pasir, terletak di kaki gunung Lawu. Telaga ini luasnya sekitar 30 hektar dan berkedalaman 28 meter. Dengan suhu udara antara 18 hingga 25 derajat Celsius, Telaga Sarangan mampu menarik ratusan ribu pengunjung setiap tahunnya. Memiliki berbagai fasilitas seperti hotel dan vila, track berkuda mengelilingi telaga, pasar tradisional yang menjual beragam sayuran dan buah segar, taman rekreasi dan sarana hiburan seperti kapal boat. Menjadi sangat ramai ketika hari libur seperti Lebaran (Idul Fitri).

Ranupane (Di Lumajang)

Image

Ranu Pane adalah sebuah danau hijau seluas 1 hektar. Dari tempat ini, kita bisa melihat Gunung Semeru yang berdiri megah dengan kaldera di sekitar kawah. Jalur ini adalah jalur yang paling aman untuk dilalui dan merupakan jalur eksplorasi. Di sepanjang jalur ini, kita akan dapat menikmati indahnya padang rumput Ranu Pane yang masih sangat liar dan indah. Jalur ini biasanya digunakan sebagai jalur untuk mendaki gunung Semeru (3.767m dpl) dengan panjang perjalanan yang disarankan adalah sekitar 2 hari dari Ranu Pane. Dengan mengambil rute ini kita dapat menemukan banyak pemandangan yang indah seperti: Waturenjeng, Ranu Kumbolo, Oro-oro Ombo, Cemoro Kadang, Banjangan, Kalimati, Arcopodo, Cemoro Tunggal & Mahameru waktu yang dibutuhkan dari Ranu Pane ke Mahameru adalah tentang 17 Km.

Danau Ronggojalu (di Kabupaten Probolinggo)

Image

Fasilitas yang bisa dinikmati di danau Ronggojalu ini antara lain sarana bermain anak – anak, kolam bagi anak – anak, penyewaan ban, serta aneka makanan yang dijajakan pedagang di sekitar danau ini. Selain memiliki fungsi wisata, danau ini juga berfungsi bagi warga Probolinggo dan sekitar danau sebagai sumber irigasi untuk sawah di sekitar danau.

Masih di Kabupaten Probolinggo terdapat Danau lain yaitu Ranu Klakah dan Ranu Segaran yang sangat indah dan memiliki panorama yang dapat dinikmati bersama dengan teman dan keluarga.

Image

ImageRanu Segaran

Image

Coban Pelangi (Di Kabupaten Malang)

Image

Coban Pelangi terletak  di Desa Gubuk Klakah, Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur. Coban Pelangi merupakan salah satu pariwisata yang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Malang dan dikelilingi oleh Taman Nasional Bromo Tengger SemeruDinamakan Coban Pelangi karena air terjun ini sering membiaskan warna pelangi. Suhu rata-ratanya adalah 19-23 derajat Celcius dan memiliki ketinggian 1299,5 m di kaki gunung Semeru.

Image

Coban Pelangi merupakan alternatif wisata yang menarik bagi anda bila ingin berlibur bersama dengan teman dan keluarga.

Air Terjun Dolo (Di Kabupaten Kediri)

Image

Air terjun ini terletak di dusun Besuki, Desa Jugo, Kecamatan Mojo, Kediri. Jarak tempuh dari Kota Kediri ke arah barat, ± 25 km (± 45 menit), atau ± 150 km (±3,5 jam) dari Bandara Juanda Surabaya. Perjalanan ke air terjun menyajikan pemandangan yang indah dan menyejukan mata sehingga jarak tidak akan terasa.

Image

Fasilitas lain di sini adalah Camping Ground dan sarana olahraga lainnya serta kebun sayur dan stroberi dimana wisatawan dapat membeli atau memetik sendiri.

Air Terjun Sedudo (Di Kabupaten Nganjuk)

Image

Air Terjun Sedudo adalah sebuah air terjun dan obyek wisata yang terletak di Desa Ngliman Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk. Jaraknya sekitar 30 km arah selatan ibukota kabupaten Nganjuk. Dengan ketinggian air terjun sekitar 105 meter. Tempat wisata ini memiliki fasilitas yang cukup baik, dan jalur transportasi yang mudah diakses.

Air Terjun Madakaripura (Di Kabupaten Probolinggo)

Image

Image

 Air terjun ini terletak di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, berbentuk ceruk yang dikelilingi bukit-bukit yang meneteskan air pada seluruh tebingnya seperti layaknya sedang hujan, 3 di antaranya bahkan mengucur deras membentuk air terjun lagi. Wisatawan akan merasakan sensasi seperti berdiri di dasar tabung dan disiram air yang lembut.

 Gunung Bromo (Di Antara Kabupaten Probolinggo Dan Pasuruan)

Image

 Salah satu gunung terindah di dunia ini merupakan ikon wisata alam Jawa Timur. Memiliki tinggi 2392 meter di atas permukaan air laut. Gunung Bromo memiliki 4 gunung lain yang mengelilinginya, Gunung Batok dengan ketinggian 2440 meter diatas  permukaan laut, Gunung Kursi yang mencapai 2.581 meter diatas  permukaan laut, Gunung Widodaren yang mencapai ketinggian 2.614 meter dan Gunung Witangan yang tingginya hingga 2.601 meter. Gunung ini menyajikan pemandangan Maha Indah alam Jawa Timur.

Wisatawan di Bromo dapat menikmati fasilitas seperti : Hotel, Restoran dan Vila dengan tarif termurah mulai dari Rp. 150.000,- (Seratus Lima Puluh  Ribu  Rupiah ) sampai Rp. 5.000.000,- ( Lima Juta Rupiah ) per kamar. Belum lagi dengan ramainya toko souvenir dan  aktivitas yang dapat dilakukan untuk menikmati panorama alam Bromo.

Menurut Dinas Budaya dan Pariwisata Jawa Timur, Wisatawan yang berkunjung ke Bromo kebanyakan dari mancanegara seperti, Rusia, Swiss, Belanda, Jerman, Portugal, Inggris, Itali, dan Perancis, sedangkan wisatawan lokal biasanya berasal dari daerah Jawa Timur.

Gunung Kelud (Di Kabupaten Kediri)

Image

Terletak sejauh 27 km dari pusta Kota Kediri dan merupakan gunung api yang masih aktif. Nama Kelud dalam bahasa Belanda dikenal dengan KlutClootKloet, atau Kloete dan seringkali dikenal dengan Kelut yang berarti Sapu. Wisata Kubah Lava adalah ODTW khas Gunung Kelud yang dapat dinikmat melalui Gardu Pandang. Di sana juga terdapat banyak ODTW lain seperti Flying Fox, Panjat Tebing dan lain sebagainya. Sejak tahun 2004, kondisi jalan darat di Kelud telah diperbaiki untuk mempermudah wisatawan mengunjunginya.

Image

Panorama hijau disekitar Gunung Kelud juga dapat dinikmati di siang hari dan cocok sebagai tempat jalan-jalan dan bersantai.

Gunung Semeru (Di Kabupaten Lumajang)

Image

 Dengan puncak Mahameru, Semeru merupakan gunung tertinggi di Jawa (3.676 dari atas permukaan air laut). Semeru memiliki suhu rata-rata antara 3°c – 8°c pada malam dan dini hari sementara siang hari berkisar antara 15°c – 21°c. Suhu yang dingin disepanjang rute perjalanan ini bukan semata-mata disebabkan oleh udara diam tetapi karena kencangnya angin yang berhembus dan terkadang turun salju ketika terjadi perubahan musim hujan ke kemarau dan sebaliknya.

Image

Perjalan (kaki) ke Puncak Mahameru membutuhkan waktu kurang lebih empat hari karena harus melalui beragam daerah seperti Ranu Pane, Ranu Kumbolo, Arcopodo dan lain sebagainya. Pendakian sebaiknya dilakukan pada musim kemarau yaitu bulan Juni, Juli, Agustus, dan September karena di musim hujan seringkali terjadi longsor dan badai.

Di Jawa Timur masih terdapat banyak gunung-gunung lainnya yang memiliki panorama indah dan berpotensi menjadi ODTW yang luar biasa seperti Semeru, Kelud dan Bromo. Contohnya adalah Arjuno Welirang yang terletak dekat dengan Surabaya dan Raung yang merupakan bagian dari Pegunungan Ijen.

Image

Image

Provinsi Jawa Timur dengan Ibu Kota Surabaya memiliki luas 47.922 km dan merupakan provinsi yang terletak di bagian paling timur Pulau Jawa. Berbatasan dengan Laut Jawa di bagian utara, Samudera Hindia di bagian selatan, Selat Bali di bagian Timur dan Jawa Tengah di bagian barat. Jawa Timur bersuhu rata-Rata 19 ° – 36°C dan terdiri dari 29 Kabupaten , 9 Kota. Jumlah Penduduk 40.313.562 jiwa (2010) dengan suku asli Jawa, Madura, Osing, Tengger, Samin dan Tionghoa. Bahasa yang digunakan penduduk di Jawa Timur antara lain Bahasa Jawa, Madura, Osing, Indonesia. Penduduk Jawa Timur menganut Agama Islam, Protestan, Katolik ,Hindu, Budha, Konghucu dan memiliki Motto khas,”Jer Basuki Mawa Beya”

Jawa Timur merupakan Provinsi yang terus berkembang dalam segala bidang, mulai dari pendidikan, ekonomi, keamanan, transportasi, komunikasi, politik dan lain sebagainya, yang sangat berkontribusi positif bagi perkembangan pariwisatanya. Berbagai kebijakan telah dilakukan untuk meningkatkan dan memperkenalkan ODTW (Obyek Daya Tarik Wisata) di Jawa Timur. Dan Jawa Timur juga telah dikenal sebagai sasaran pariwisata yang menarik, baik bagi turis domestik maupun internasional.

Image

Seperti daerah lainnya, Provinsi Jawa Timur memiliki ODTW yang khas di setiap daerahnya, termasuk di dalamnya Wisata Kuliner, Alam, Budaya, Olah raga, IPTEK, Reliji, Eco Tourism dan masih banyak lainnya.